Headlines News :

Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Cerita Cinta Terlarang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Cinta Terlarang. Tampilkan semua postingan

Kumpulan Cerita Dewasa | Belajar Ngeseks dengan Kakak Kandungku

Written By Great Story on Kamis, 15 September 2016 | 07.05

Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Hot - Belajar Ngeseks dengan Kakak Kandungku – Namaku Hartono, Cerita ini yang saya alami ini terjadi sekitar 8 tahun lalu. Pada saat itu saya masih berumur 20 tahun dan kakak saya berumur 27 tahun. Sejujurnya libido sex saya besar sekali, dan juga berkeinginan untuk ML. Namun hal itu tidak berani saya lakukan karena rasa takut akan akibat yang nantinya terjadi. Oleh karena itu, saya sering melampiaskan dengan onani sambil menonton film porno di kamar.

Kakak pada saat itu masih berpacaran, Lumayan cantik, Kulitnya putih, badannya tidak terlalu tinggi, mata besar serta buah dadanya yang berukuran sedang. Sebesar telapak tanganku, kira-kira ukurannya 34 B. Pagi itu papa dan mama membicarakan masalah liburan keluarga bersama kami. Rencananya mereka ingin pergi berlibur ke Negeri Sebelah. Saya dan kakak senang akhirnya kami sekeluarga bisa pergi berlibur bersama-sama karena selama ini kami tidak pernah ke luar negeri bersama.

Seminggu kemudian kami pun berangkat ke luar negeri  menggunakan Air asia. Perjalanannya menghabiskan waktu 3 jam. Setibanya kami di tempat tujuan, kami langsung menuju ke hotel untuk beristirahat. Papa dan mama sekamar, sedangkan saya dan kakak juga sekamar. Pada malam harinya, kulihat kakak sudah tertidur pulas.

Mungkin karena kecapean dan aku pun sedang mempersiapkan diri untuk beristirahat. Pada waktu hendak menuju tempat tidur, handphone kakak bergetar, kulihat ada SMS yang masuk. Karena rasa ingin tahu, saya membuka isi SMS itu yang ternyata dari pacar kakak. Kubaca SMS yang dikirim dari pacar kakak isinya hanya ucapan selamat malam dan mimpi indah. Namun di bagian bawah SMS itu terdapat kata yang membuatku kaget.

Di bagian akhir SMS itu tertulis “ Sayang nanti kalau kamu pulang, qt ngentot lagi yach ? Nanti akan aku buat kamu orgasme berkali-kali dech...hehehe….Enak nikmat rasanya..” Setelah kubaca isi SMS itu aku kaget bukan main. Tak kuduga kakak sudah pernah ML bersama pacarnya. Aku simpan kembali handphonenya.

Aku akan menanyakannya besok pagi pikirku dalam hati. Keesokan harinya, waktu aku bangun kakak baru keluar dari kamar mandi. Kakak baru bangun yah ? kataku. Ia habis pipis nih, katanya. Sewaktu ia naik ke tempat tidurnya, aku pun memberanikan diri untuk menanyakan hal semalam yang kubaca dari handphonenya. "Kak, ada yang ingin Hartono tanyain pada kakak" kataku, “Ada apa ?” jawabnya.

“Apa kakak sudah pernah ML sama pacar kakak ?” Mendengar pertanyaanku, muka kakak tiba-tiba pucat. Ia terdiam sejenak, lalu ia kerkata dengan perlahan, " ya Hartono kakak sudah pernah ML dengan pacar kakak. Koq kamu tahu ?" tanyanya. "iya kak tadi malam handphone kakak bergetar dan tidak sengaja aku baca isi SMS dari pacar kakak. Hartono minta maaf yah." "Iya-iya ngak apa koq."

Lalu aku melanjutkan bertanya "Kak enak yah ML ?" dia menjawab "pertama kali sih sakit dan perih karena kakak masih perawan, tapi setelah itu rasanya enak banget. Kamu jangan ngomong ke papa sama mama yah." "Iya" jawabku sambil memperhatikan kakak berbicara. "Kak bisa jelaskan ke aku gimana cara ML itu ?" tanyaku, "Susah untuk di jelaskan nih. Emang kamu belum pernah coba yah?" tanyanya. "Belum pernah kak," jawabku.

"Mau kakak ajarin ?" jawabnya. Mendengar kakak berbicara itu aku kaget. "Loh kak mana bisa kita gituan ?" Jawabku. "Emang sih sebenarnya ga bisa, itu kan sama aja hubungan terlarang, bisa-bisa dosa. Tapi kalau kamu mau tahu rasanya gimana yah harus coba prakteknya. Gimana ?" tanyanya. "Tapi kalau kakak nanti hamil gimana donk ?" tanyaku. "Kan bisa pakai kondom ? jadi ga bakal hamil deh."

"Kamu nanti pergi beli kondomnya di mini market yang ada di luar hotel yah. Ntar malam kakak ajarin." Jawabnya. "Iya kak nanti aku beli." Jawabku. Kami pun segera bersiap untuk pergi bersama papa dan mama untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Malaysia.

Setelah makan malam di luar hotel papa, mama dan kakak sudah kembali ke kamar, tapi aku menyempatkan diri pergi ke mini market untuk membeli kondom dulu baru balik ke kamar. Sesampainya di kamar, kulihat kakak baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk untuk menutupi bagian tubuhnya. "Kamu dari mana ?" tanyanya.

"Dari mini market kak, kan tadi pagi di suruh beli kondom," jawabku. "Oh iya kakak sampai lupa. Papa dan mama sudah tidur ?" tanyanya. "Rasanya sudah kak, soalnya tadi sewaktu aku ketuk pintu kamarnya ga ada yang bukain." "Kamu pergi mandi sana, perintahnya." "Iya kak," jawabku.

Sehabis mandi, aku juga mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhku. Sewaktu keluar dari kamar mandi, kulihat kakak sudah berada di atas tempat tidurnya sambil membuka bungkus kondom yang baru kubeli tadi. "Kemari naik ke tempat tidur kakak," perintahnya. "Iya kak," jawabku. "Sekarang kamu lihat yah baik-baik tubuh kakak".
Belum sempat aku menjawab, kakak sudah membuka handuk yang tadi ia pakai untuk menutupi tubuhnya. Sentak aku kaget dan terdiam melihat tubuh kakakku yang begitu mulus serta buah dadanya yang menggantung dan kulihat vaginanya yang tidak di tumbuhi oleh bulu.

Mungkin kakak juga memotong bulu nya, pikirku dalam hati karena aku juga memotong bulu yang berada di sekitar burungku. Masih asyik melihat tubuh kakak, tiba-tiba kakak berkata “ sini kamu remas atau apakan buah dada kakak terserah kamu deh". Dengan hati-hati aku memegang buah dada yang berukuran 34 B itu.

Begitu aku memegang buah dada nya, Nampak wajah kakak yang sedang menikmati sentuhanku. Kesempatanku untuk mempraktekkan aksi pemain video porno yang aku sering nonton di kamar. Pikirku dalam hati. Sambil memegang, aku sedikit meremas dan memutar-mutar puting susunya.

"ooooooOh…uuuuuumm…" suara yang keluar dari mulut kakak. Semakin bersemangat aku beraksi mendengar suara kakak yang terangsang. Aku langsung mencium dan mengisap puting susu nya. Sesekali aku gigit kecil putingnya. Sungguh nikmat rasanya. Rupanya ini rasanya mengulum buah dada, pikirku dalam hati. Namun aku tak mau pikirkan itu, aku lanjutkan aksiku dengan meremas buah dada sebelahnya..tiba-tiba ia menarik kepalaku.

"Kakak sudah basah, sini buka handuk kamu". Aku pun membuka handuk yang menutupi sebagian tubuhku. Melihat burungku yang sudah berdiri tegang, kakak tersenyum dan langsung menarik tubuhku sampai aku tertidur di ranjang. Tiba-tiba dia sudah berada di dekat selangkanganku dan sudah memegang burungku . aku merasakan sensasi yang belum pernah kurasakan.

Sambil memegang kakak berkata "sekarang kamu rasakan gimana enaknya di emmut.." Tangannya langsung mengocok burungku sambil sesekali lidahnya ia permainkan di sekitar kepala burungku..ohhhhh…eeeenakkkk sekali, "kak…jangan berhenti…" kataku. Semakin bersemangat ia beraksi setelah mendengar eranganku, tiba-tiba burungku ia masukkan ke dalam mulutnya sambil mengisap dan mengocoknya.

Mukaku terasa begitu panas. Setelah kakak puas memainkan burungku, kakak menyuruhku untuk membelai vaginanya. Aku patuh dengan perintahnya. Begitu ku belai, ia tersentak dan memegang dadanya sendiri. Ku coba menggerakkan tanganku di daerah klitorisnya. Ia pun seperti keenakan dengan tindakanku.

Semakin bersemangat aku bermain di sekitar klitoris kakak. Kucoba mainkan dengan lidahku sambil sesekali aku gigit klitorisnya dan menghisapnya..sensasi ini sungguh luar biasa…jantungku berdetak kencang… "Oooohhhhh..eeeennnak sekali…kamu buat kakak basah sekali Hartono. Sering nonton bokep yah ?" tanyanya. "Iya kak.." jawabku sambil tersenyum. "Pantesssss…" jawabnya.

"Sini burungmu, kakak pakaikan kondom. Kakak sudah ga tahan". Selesai memakaikan kondom, kakak menyuruhku berbaring. Ternyata dia suka dengan posisi Women on Top. Begitu aku berbaring, ia memegang burungku dan berusaha untuk memasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah basah karena aksiku tadi. Begitu burungku menyentuh bibir vaginanya, ia mendesah.

Acckhhhhh….acccchhkk… dan masuklah burungku ke dalam vaginanya. Dia pun menggerakkan badannya turun naik dengan lincah sambil sesekali memutarkan pinggulnya. Sungguh nikmat rasanya.. "kkkak enak banget kakkkk.." rasanya seperti di jepit-jepit "kakkkk..enakk ouuuhhh…ohhhhh…. mendengar suaraku kakak semakin memompa tubuhnya yang sedang berada di atasku.." acckh…akkh…enakk…ohhh….

"Aku sudah mau nyampai Hartono.." accckh… semakin ia percepat gerakannya… 2 menit kemudian kakak pun orgasme. "Ackhhh…aaakuu…datangggg…accchhh…" kurasa cairan panas yang mengalir turun di sekitar burungku. Kupikir itu adalah cairan milik kakak karena orgasme tadi..ia pun tersenyum melihatku.

Lalu aku dengan berani meminta kakakku untuk mengganti posisi. Sekarang aku mau ia nungging alias Doggy Style. Ia pun tersenyum dan menuruti kata-kataku. Begitu ia sudah nungging kulihat vaginanya dari belakang, sungguh nikmat melihat vaginanya karena daging di sekitar bibir nya begitu tebal.

Perlahan ku masukkan burungku ke dalam vaginanya, oh…hangat sekali..yang ini lebih enak di bandingkan waktu kakak mengemut burungku..dengan kaku ku gerakkan maju mundur pantatku..dia pun mencoba menuntunku dengan menggerakkan pantatnya maju mundur..

Lama kelamaan gerakanku mulai stabil dan tidak kaku lagi.. sesekali aku meremas buah dada kakak yang Nampak menggantung dari belakang sambil kucium pundak dan lehernya..ia pun mengerang dengan hebat serta semakin liar menggerakkan pantatnya.

"Nikmat sekali kakkk…acckhh…" ku pegang pinggulnya sambil ku maju – mundurkan pantatku..sesekali ku dorong keras-keras pantatku sehingga burungku masuk lebih dalam lagi ke vaginanya.."accckhhh enak…kamu pinter juga yah…Hartono..ahh..desahan kaka."

10 menit lamanya burungku berada di dalam vaginanya, dan kurasa spermaku akan keluar..kupercepat gerakanku dan sepertinya kakak mengerti kalau aku akan orgasme, diapun makin mempercepat gerakan pantatnya.. akh…akh..akh.kak….ohhhh….ouhhh…akkuu… suudahh.. mauu ..oh.. keluarrrrr…serasa kaki, lutut, paha dan pinggangku terkunci dan kakak langsung mencabut burungku dari vaginanya dan dengan cepat ia membuka kondom yang terpasang di burungku.

Ia pun langsung mengocok dan memasukkan burungku ke dalam mulutnya…croot…ccrrooott….kurasa badanku tersentak beberapa kali…sungguh nikmat rasanya….begitu selesai kakak mengeluarkan sperma yang ada di dalam mulutnya. Aku pun langsung berbaring di tempat tidur..kami melewati malam yang indah di Malaysia.

Ia pun dengan wajah kecapean berkata, "gimana enak kan rasanya ??" "Iya kak rasanya enak banget..terima kasih…sering-sering yah kalau bisa.." sambi tersenyum kakak mencubitku dan berkata "enak aja..nanti kita lihatlah gimana," jawabnya. Kami pun melewati liburan dengan bahagia bersama papa dan mama.

tags #Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot Janda, Cerita Ngentot Pembantu, Cerita Ngentot Perawan, Cerita Panas, Cerita Pemerkosaan, Cerita Seks Indonesia, Cerita Seks Sedarah, Cerita Selingkuh, Cerita SEX, Cerita Skandal, Cerita Tante Girang, Cewek Telanjang, Foto Bugil, Memek Perawan, Tante Girang, Toket Gede Mulus

Kumpulan Cerita Dewasa | Kakakku yang Merenggut Kegadisanku

Written By Great Story on Senin, 29 Agustus 2016 | 06.42


Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Hot - Kakakku yang Merenggut Kegadisanku - Aku Gadis bisa dikatakan yang lumayan cantik karena Aku memiliki hidung yang mancung dengan mata yang kecil dan lentik. Payudara Aku cukup besar untuk gadis berumur 16 tahun saat itu. Aku tidak mempunyai pacar karena Aku ingin belajar giat supaya Aku bisa bersekolah dan kelak bisa membuat bangga kedua orang tuaku. Aku memiliki kakak laki-laki yang usianya 2 tahun di atas Aku. Namanya adalah Hermawan.

Dia satu sekolah dengan Aku sehingga tiap hari Hermawan selalu menemani Aku di sekolah. Aku tidak pernah berpikir kenapa dia sampai melakukan perbuatan maksiat itu terhadap Aku apalagi Aku adalah adik perempuannya satu-satunya.

Saat itu kami berdua sedang libur setelah 2 minggu menjalankan ujian kenaikan kelas. Aku masih ingat sekali bahwa hari kejadian itu adalah hari senin. Saat itu Aku sedang nonton VCD Donald Duck dan Mickey Mouse. Ketika Aku sedang menonton film tersebut, tiba-tiba Aku mau pipis sehingga Aku meninggalkan TV untuk cepat-cepat pergi ke kamar mandi karena Aku tidak mau ngompol di sofa di mana Aku sedang tiduran karena Aku bisa dimarahi mama nantinya.  Aku lari ke kamar mandi dan langsung pipis.

Itulah kesalahan Aku yang fatal karena Aku lupa menutup pintu. Sewaktu Aku sedang pipis, kakak Aku Hermawan datang tergopoh-gopoh. Aku yakin sekali bahwa Hermawan pasti habis memakai putaw atau jenis drugs yang lain karena Aku sering melihat dia teler kalau habis pakai obat.

Hermawan melihat Aku sedang pipis dan Aku membiarkan saja ketika dia masuk ke kamar mandi karena Aku tidak ada perasaan curiga pada dia. Ketika dia masuk, tiba-tiba dia mengunci pintu kamar mandi dan tiba-tiba dia menyerang tubuh Aku yang saat itu sedang pipis. Aku kaget dan hendak berteriak tetapi dengan cepat Hermawan menutup mulut Aku dan mengancam mau membunuh Aku kalau Aku berteriak.

Aku langsung menangis karena Aku tidak mengerti kenapa kakak Aku tega melakukan perbuatan bejad kepada Aku. Aku cuma menangis saja menyaksikan Hermawan membuka pakaian dan celana dalam yang Aku kenakan. Setelah Aku tidak memakai busana apa-apa lagi, Hermawan langsung menciumi puting susu Aku dengan ganasnya sementara jari-jarinya memainkan klitoris Aku.

Aku masih menangis karena Aku masih tidak mengerti tetapi di lain pihak, Aku mulai menikmati permainan kakak Aku karena Aku kadang-kadang mendesah di tengah tangisan Aku, apalagi Aku sempat merasakan pipis beberapa kali ketika Hermawan mulai menjilati liang kemaluan Aku dan memainkan lidahnya di dalam lubang kemaluan Aku. Aku yakin dia menelan semua cairan kewanitaan Aku. Perasaan Aku saat itu tidak karuan karena Aku mulai menyenangi permainannya dan sekaligus benci dengan sikapnya yang telah memperkosa Aku.

Hermawan terus menjilati kemaluan Aku, dan Aku sudah 2 kali merasakan ingin pipis tetapi Aku tidak mengerti kenapa Aku ingin pipis ketika dia menjilati kemaluan Aku, Aku merasakan kenikmatan yang maha dasyat.

Tiba-tiba Aku melihat Hermawan mulai membuka pakaiannya dan mulai mempersiapkan batang kemaluannya yang sudah mengacung sempurna. Hermawan langsung menciumi Aku dan Aku cuma bisa berkata, “Jangan.. jangan..”, tetapi Hermawan diam saja dan mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan Aku. Aku tahu Aku masih perawan makanya Aku meronta-ronta ketika dia mau memasukkan batang kemaluannya.

Aku menampar pipinya tetapi dia malah membalas tamparan Aku sehingga Aku menjadi sangat takut waktu itu. Akhirnya Aku cuma diam saja sambil menangis sementara Hermawan mulai mengarahkan batang kenikmatannya ke dalam liang kemaluan Aku. Ketika batang kemaluan Hermawan mulai masuk ke dalam kemaluan Aku, Aku merasakan sakit yang amat sangat tetapi Aku tidak bisa melakukan apa-apa karena Aku sangat ketakutan apalagi Aku tahu dia dalam pengaruh obat, jadinya dia tidak menyadari bahwa dia sedang menyetubuhi adiknya sendiri.

Di saat Hermawan mulai memainkan batangannya di dalam lubang kenikmatan Aku, Aku merasakan ada cairan darah perawan yang keluar dari liang senggama Aku yang sudah dirobek oleh kakak Aku sendiri. Aku tiba-tiba menjadi tidak mengerti karena Aku mulai menyukai goyangan batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan Aku karena secara otomatis Aku mulai bergoyang-goyang mengikuti irama batang kemaluan Hermawan di dalam liang senggama Aku walaupun saat itu Aku masih menangis. Hermawan memeluk tubuh Aku sambil terus menggenjot tubuh Aku.

Selama 20 menit Hermawan tetap menggenjot tubuh Aku dengan tubuhnya dan batang kenikmatannya yang tertanam di dalam liang kemaluan Aku. Aku mulai merasakan bahwa Aku ingin pipis tetapi kali ini Aku merasakan sesuatu yang belum pernah Aku rasakan sebelumnya tetapi rasanya enak sekali dan Aku sama sekali tidak mengerti apa itu tetapi ketika Aku mengeluarkan cairan nikmat Aku, Aku berteriak dan memeluk kakak Aku erat-erat dan ketika Aku memeluknya erat-erat.

Rupanya batang kemaluan kakakku sepertinya tertanam lebih dalam lagi di liang kenikmatan Aku sehingga dia sepertinya mengeluarkan cairan dari dalam batang kelaminnya dan membasahi lapisan kemaluan Aku. Setelah itu, Hermawan melepaskan pelukan Aku serta mencabut batang kemaluannya dari dalam liang kenikmatan Aku dan kemudian meninggalkan Aku seorang diri. Aku masih sempat melihat ada cairan bekas Hermawan yang masih menetes dari dalam lubang kemaluan Aku.

Aku hanya diam dan tiba-tiba Aku menangis sedih karena harga diri Aku telah dirusak oleh kakak Aku sendiri. Sejak saat itu Aku mulai membenci laki-laki, tetapi Aku mulai mengenal seks karena ketika Aku ingin sekali merasakan pipis nikmat, Aku selalu melakukan masturbasi di kamar mandi atau bahkan di kamar tidur Aku. Tapi tentunya Aku selalu melakukannya kalau tidak ada orang di rumah. Sejak saat itu Aku membenci kakak Aku dan setiap kali ada lelaki yang mencoba mendekati Aku, Aku selalu mengolok-oloknya dengan kata-kata yang kasar sehingga satu persatu dari mereka menjauhi Aku.

Sekarang Aku berada di Luar Negeri dan banyak teman Aku yang mengatakan bahwa Aku ini termasuk gadis bodoh karena Aku selalu menolak cowok baik-baik yang cakap dan pandai dan itu tidak terjadi sekali.. Aku memang membenci laki-laki tetapi Aku bukan lesbi karena ketika Aku menghindari semua laki-laki di dalam hidup Aku, ada seorang lesbi yang mendekati Aku dan Aku juga menghindarinya. Akibatnya persahabatan kami menjadi renggang dan dia mulai meninggalkan Aku. Aku hanya dapat mencapai orgasme ketika Aku melakukan masturbasi ketika Aku sedang mandi atau sebelum tidur.

Jadinya itu membuat Aku berpikir, kenapa Aku perlu laki-laki kalau Aku bisa memuaskan nafsu Aku sendiri.

tags #Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot Janda, Cerita Ngentot Pembantu, Cerita Ngentot Perawan, Cerita Panas, Cerita Pemerkosaan, Cerita Seks Indonesia, Cerita Seks Sedarah, Cerita Selingkuh, Cerita SEX, Cerita Skandal, Cerita Tante Girang, Cewek Telanjang, Foto Bugil, Memek Perawan, Tante Girang, Toket Gede Mulus

Kumpulan Cerita Dewasa | Aku Melakukan Cinta Terlarang Bersama Adikku

Written By Great Story on Jumat, 26 Agustus 2016 | 05.52


Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Hot - Sungguh sebelumnya Saya tidak menyangka bahwa Saya akan bercinta dengan adik saya sendiri yang bernama Indah. selisih umurku dengan adikku hanya terpaut dua setengah tahun dan saat itu dia masih duduk di kelas 1 SMA.

Kejadiannya ketika itu Saya baru pulang dari rumah temanku Anto pada siang hari, ketika sampai di rumah Saya mendapati adikku sedang asyik menonton serial telenovela di salah satu TV swasta. Saya pun langsung membuat kopi, merokok sambil berbaring di sofa.

Saat itu serial tersebut sedang menampilkan salah satu adegan ciuman yang hanya sebentar karena langsung terpotong oleh iklan. Setelah melihat adegan tersebut Saya menoleh kepada adikku yang ternyata tersipu malu karena ketahuan telah melihat adegan tadi.

“Pantesan betah nonton film gituan” ujarku.
“Ih, apaan sih” cetusnya sambil tersipu malu-malu.

Beberapa menit kemudian serial tersebut selesai jam tayangnya, dan adikku langsung pergi ke WC. Kudengar dari aktifitasnya, rupanya dia sedang mencuci piring. Karena acara di televisi tidak ada yang seru, maka Saya pun mematikan TV tersebut dan setelah itu Saya ke WC untuk buang air kecil. Mata Saya langsung tertuju pada belahan pantat adikku yang sedang berjongkok karena mencuci piring.

“Indah, ikut dulu sebentar pingin pipis nih” sahutku tak kuat menahan.

Setelah Saya selesai buang air kecil, pikiranku selalu terbayang pada bongkahan pantat adikku Indah. Saya sendiri tadinya tak mau berbuat macam-macam karena kupikir dia adalah adikku sendiri, apalgi adikku ini orangnya lugu dan pendiam.

Tetapi dasar setan telah menggoyahkan pikiranku, maka Saya berpikir bagaimana caranya agar dapat mencumbu adikku ini. Saya seringkali mencuri pandang melihat adikku yang sedang mencuci, dan entah mengapa Saya tak mengerti, Saya langsung saja berjalan menghampiri adikku dan memeluk tubuhnya dari belakang sambil mencium tengkuknya. 

Mendapat serangan yang mendadak tersebut adikku hanya bisa menjerit terkejut dan berusaha melepaskan diri dari dekapanku. Saya sendiri lalu tersadar. Astaga, apa yang telah Saya lakukankan terhadap adikku. Saya malu dibuatnya, dan kulihat adikku sedang menangis sesenggukan dan lalu dia lari ke kamarnya. Melihat hal itu Saya langsung mengejar ke kamarnya.

Sebelum dia menutup pintu Saya sudah berhasil ikut masuk dan mencoba untuk menjelaskan perihal peristiwa tadi.

“Maafkan.. Aa Indah, Aa tadi salah”
“Terus terang, Aa nggak tahu kenapa bisa sampai begitu”

Adikku hanya bisa menangis sambil telungkup di tempat tidurnya. Saya mendekati dia dan duduk di tepi ranjang.

“Indah, maafin Aa yah. Jangan dilaporin sama Ibu” Kata Saya agak.takut.
“Aa jahat” jawab adikku sambil menangis.
“Indah maafin Aa. Aa berbuat demikian tadi karena Aa nggak sengaja lihat belahan pantat kamu, jadinya Aa nafsu, lagian kan Aa sudah seminggu ini putus ama Teh Tiwi” Kata Saya.
“Apa hubungannya putus ama Teh Tiwi dengan meluk Indah” jawab adikku lagi.
“Yah, Aa nggak kuat aja pingin bercumbu”
“Kenapa sama Indah” jawabnya.

Setelah itu Saya tidak bisa berbicara lagi hingga keadaan di kamar adikku begitu sunyi karena kami hanya terdiam. Dan rupanya di luar mulai terdengar gemericik air hujan. Di tengah kesunyian tersebut lalu Saya mencoba untuk memecah keheningan itu.

“Indah, biarin atuh Aa meluk kamu, kan nggak akan ada yang lihat ini” Adikku tidak menjawab hanya bisa diam, mengetahui hal itu Saya mencoba membalikkan tubuhnya dan kuajak bicara.
“Indah, lagian kan Indah pingin ciuman kayak di film tadi kan?” bujukku.
“Tapi Aa, kita kan adik kakak?” jawabnya.
“Nggak apa-apa atuh Indah, sekalian ini mah belajar, supaya entar kalo pacaran nggak canggung”.

Entah mengapa setelah Saya bicara begitu dia jadi terdiam. Wah bisa nih, gumanku dalam hati hingga Saya pun tak membuang kesempatan ini. Saya mencoba untuk ikut berbaring bersamanya dan mencoba untuk meraih pinggangnya. Saya harus melakukan dengan perlahan. Belum sempat Saya berpikir, Indah lalu berkata..

“Aa, Indah Pengen”
“Maksudnya Pengen Apa, Say?” Kata Saya.
“Lah pakai kata sayang – sayang segala” katanya.
“Hehehe, Yak kan panggil sayang ama siapa? Ama Aa? Aa mah nggak bakalan gigit kok”, rayuku.
“Bukan tapi Indah takut nanti ibu tau” jawabnya.

Setelah mendengar perkataannya, Saya bukannya memberi alasan melainkan bibirku langsung mendarat di bibir ranum adikku yang satu ini. Mendapat perlakuanku seperti itu, tampak kulihat adikku terkejut sekali, karena baru pertama kalinya bibir yang seksi tanpa lipstick ini dicumbu oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah kakaknya sendiri.

Adikku pun langsung mencoba untuk menggeserkan tubuhnya ke belakang. Tetapi Saya mencoba untuk menarik dan mendekapkan lebih erat ke dalam pelukanku.

“Mmhh, mmhh.., Aa udah dong” pintanya. 

Saya menghentikan pagutanku, dan kini kupandangi wajah adikku dan rasanya Saya sangat puas meskipun Saya hanya berhasil menikmati bibir adikku yang begitu merah dan tipis ini.

“Indah, makasih yah, kamu begitu pengertian ama Aa” Kata Saya.
“Kalau saja Indah bukan adik Aa, udah akan Aa..” belum sempat Saya habis bicara..
“Udah akan Aa apain” bisiknya sambil tersenyum. 

Saya semakin geregetan saja dibuatnya melihat wajah cantik dan polos adikku ini.

“Udah akan Aa jadiin pacar atuh. Eh Indah, Indah mau kan jadi pacar Aa”, Kata Saya lagi.
Mendengar hal demikian adikku lalu terdiam dan beberapa saat kemudian ia bicara..
“Tapi pacarannya nggak beneran kan” Katanya sedikit ragu.
“Ya nggak atuh Say, kita pacarannya kalo di rumah aja dan ini rahasia kita berdua aja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama Ibu” jawabku meyakinkannya.

Setelah itu kulihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukan jam 4 sore.

“Udah jam 4 tuh, sebentar lagi Ibu pulang. Aa mandi dulu yah”, Kata Saya kemudian.

Maka Saya pun bangkit dan segera pergi meninggalkan kamar adikku. Setelah kejadian tadi siang Saya sempat tidak habis pikir, apakah benar yang Saya alami tadi. Di tengah lamunanku, Saya dikejutkan oleh suara Ibuku.

“Hayoo ngelamun aja, Indah mana udah pada makan belum?” kata Ibuku.
“Ada tuh, emang bawa apaan tuh Bu?”

Saya melihat Ibuku membawa bungkusan. Setelah Saya lihat ternyata Ibu membeli bakso, kemudian Ibuku memangil Indah dan kami bersama-sama menyantap Baso itu. Untungnya setelah kejadian tadi siang kami dapat bersikap wajar, seolah tidak terjadi apa-apa sehingga Ibuku tidak curiga sedikit pun.

Malamnya Saya sempat termenung di kamar dan mulai merencanakan sesuatu, nanti subuh setelah Ibu pergi ke pasar Saya ingin sekali mengulangi percumbuan dengan adikku sekalian ingin tidur sambil mendekap tubuh adikku yang montok. Keesokannya rupanya setan telah menguasaiku sehingga Saya terbangun ketika Ibu berpamitan kepada adikku sambil menyuruhnya untuk mengunci pintu depan. Setelah itu Saya mendekati adikku yang akan bergegas masuk kamar kembali.

“Ehmm, ehmm, bebas nih”, ujarku.

Adikku orangnya tidak banyak bicara. Mengetahui keberadaanku dia seolah tahu apa yang ingin Saya lakukan, tetapi dia tidak bicara sepatah kata pun.

Karena Saya sudah tidak kuat lagi menahan nafsu, maka Saya langsung melabrak adikku, memeluk tubuh adikku yang sedang membelakangiku. Kali ini dia diam saja sewaktu Saya memeluk dan menciumi tengkuknya.

Dinginnya udara subuh itu tak terasa lagi karena kehangatan tubuh adikku telah mengalahkan hawa dingin kamar ini. Kontolku yang mulai ngaceng Saya gesek-gesekkan tepat di bongkahan pantatnya.

“Say, Aa pingin bobo di sini boleh kan?” pinta saya.
“Idih, Aa genit ah, jangan Aa, entar..”
“Entar kenapa?” timpalku.

Belum sempat dia bicara lagi, Saya langsung membalikkan tubuhnya dan langsung Saya pagut bibir yang telah sejak tadi siang membuat pikiranku melayang. Saya kemudian langsung mendorongnya ke arah dinding dan menghimpit hangat tubuhnya agar melekat erat dengan tubuhku.

Saya mencoba untuk menyingkap dasternya dan kucoba untuk meraba paha dan pantatnya. Walaupun dia menyambut ciumanku, tetapi tangannya berusaha untuk mencegah apa yang sedang kulakukan.

Tetapi Saya tersadar bahwa ciumannya kali ini lain daripada yang tadi siang, ciuman ini terasa lebih hot dan mengairahkan karena kurasakan adikku kini pun menikmatinya dan mencoba menggerakkan lidahnya untuk menari dengan lidahku.

Saya tertegun karena ternyata diam-diam adikku juga memiliki nafsu yang begitu besar, atau mungkin juga ini karena selama ini adikku belum pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan lawan jenis. Kini tanpa ragu lagi Saya mulai mencoba untuk menyelinapkan tanganku untuk kembali meraba pahanya hingga tubuhku terasa berdebar-debar dan denyut nadiku terasa sangat cepat, karena ini adalah untuk pertama kalinya Saya meraba paha perempuan.

Sebelumnya dengan pacarku Saya belum pernah melakukan ini, karena Tiwi pacarku lebih sering memakai celana jeans. Dengan Tiwi kami hanya sebatas berciuman.
Kini yang ada dalam pikiranku hanyalah satu, yaitu Saya ingin sekali meraba, menikmati yang namanya heunceut (vagina dalam bahasa Sunda) wanita hingga Saya mulai mengarahkan jemariku untuk menyelinap di antara sisi-sisi celana dalamnya.

Belum juga sempat menyelipkan jariku di antara heunceutnya, Indah melepaskan pagutannya dan mulutnya seperti ikan mas koki yang megap-megap dan memeluk erat tubuhku kemudian menyilangkan kedua kakinya di antara pantatku sambil menekan-nekan pinggulnya dengan kuat. Ternyata Indah telah mengalami orgasme.

“Aa.. aah, eghh, eghh” rintih Indah yang dibarengi dengan hentakan pinggulnya.

Sesaat setelah itu Indah menjatuhkan kepalanya di atas bahuku. Saya belai rambutnya karena Saya pun sangat menyayanginya, kemudian Saya bopong tubuh yang telah lunglai ini ke atas tempat tidur dan kukecup keningnya.

“Gimana Sayang, enak?” bisikku. Saya hanya bisa melihat wajah memerah adikku ini yang malu dan tersipu, selintas kulihat wajah adikku ini manisnya seperti Nafa Urbach.
“Gimana rasanya, Sayang?” Kata Saya lagi.
“Aa, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?” Eh, malah ganti bertanya adikku tersayang ini.
“Iya Sayang, gimana, enak?” jawabku sambil bertanya lagi.
“He-eh, enakk banget” jawabnya sambil tersipu.

Entah mengapa demi melihat kebahagian di wajahnya, Saya kini hanya ingin memandangi wajahnya dan tidak terpikir lagi untuk melanjutkan aksiku untuk mengarungi lembah belukar yang terdapat di kemaluannya hingga sesaat kemudian karena kulihat matanya yang mulai sayu dan mengantuk akibat orgasme tadi.

Maka Saya mengajaknya untuk tidur. Kami pun terus tertidur dengan posisi saling berpelukan dan kakiku kusilangkan di antara kedua pahanya. Hangat tubuh adikku kurasakan begitu nikmat sekali. Yang ada dalam pikiranku adalah betapa nikmatnya jika Saya menikah nanti,

Pantas saja di jaman sekarang banyak yang kawin entah itu sudah resmi atau belum. Tanpa terasa Saya pun sadar dan terbangun dari tidurku, dan kulihat jam di kamar adikku telah menunjukkan jam 9 lewat dan adikku belum juga bangun dari tidurnya. Wah gawat, berarti dia hari ini tidak sekolah, pikirku.

“Indah, bangun kamu nggak sekolah?” Kata Saya membangunkannya.
Indah pun mulai terbangun dan matanya langsung tertuju pada jam dinding. Dia terkejut karena waktu telah berlalu begitu cepat, sehingga dia sadar bahwa hari ini dia tidak mungkin lagi pergi ke sekolah.

“Aahh, Aa jahat kenapa nggak bangunin Indah” rajuknya manja.
“Gimana mau bangunin, Aa juga baru bangun” Kata Saya membela diri.
“Gimana dong kalo Ibu tahu, Indah bisa dimarahin nih, ini semua gara-gara Aa”
“Loo kok Aa yang disalahin sih, lagian Ibu nggak bakalan tahu kalau Aa nggak ngomongin kan” jawabku untuk menghiburnya.
“Bener yah, Indah jangan dibilangin kalau hari ini bolos”
“Iyaa, iyaa” jawabku.

Entah mengapa tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk mandi bareng. Wah ini kesempatan emas, alasan tidak memberitahu Ibu bahwa dia nggak masuk sekolah bisa kujadikan senjata agar Saya bisa mandi bersama adikku.

“Eh, ada tapinya loh, Aa nggak bakalan bilang ama Ibu asal Indah mau mandi bareng ama Aa” Kata Saya sambil mengedipkan mata.
“Nggak mau. Aa jahat, lagian udah gede kan malu masak mau mandi aja musti barengan”
“Ya udah kalo nggak mau sih terserah” ancamku.

Singkat cerita karena Saya paksa dan dia tidak ingin ketahuan oleh Ibu maka adikku menyetujuinya.

“Tapi Aa jangan macem-macem yah” pintanya.
“Emangnya kalo macem-macem gimana?” Kata Saya.
“Pokoknya nggak mau, mendingan biarin ketahuan Ibu, lagian juga itu kan gara-gara Aa, Indah bilangin Aa udah ciumin Indah” balasnya mengancam balik.

Jika kupikir-pikir ternyata benar juga, bisa berabe urusannya, seorang kakak bukannya menjaga adik dari ulah nakal laki-laki lain, eh malah kakaknya sendiri yang nakal. Maka untuk melancarkan keinginanku untuk bisa mandi dengannya, Saya pun menyetujuinya.

Kami berdua akhirnya bangun dari tidur dan setelah berbenah kamar, kami berdua pun pergi menuju kamar mandi. Sesampai di kamar mandi kami hanya saling diam dan kulihat adikku agak ragu untuk melepaskan pakaiannya.

“Aa balik dulu ke belakang, Indah malu nih” pintanya.
“Apa nggak sebaiknya Aa yang bukain punya Indah, dan Indah bukain punya Aa”

Tanpa pikir panjang Saya menghampiri adikku dan Saya cium bibirnya. Agar dia tidak malu dan canggung untuk membuka pakaiannya, Saya genggam tangannya dan Saya tuntun untuk membuka bajuku. Tanpa dikomando dia membuka bajuku setelah itu kutuntun lagi untuk membuka celana basket yang Saya kenakan.

Setelah keadaanku bugil dan hanya memakai celana dalam saja kulihat adikku tegang, sesekali dia melirik ke arah selangkanganku dimana kontolku sudah dalam keadaan siaga satu.

Kini giliranku menanggalkan daster yang ia kenakan. Begitu Saya buka, Saya terbeliak dibuatnya karena ternyata tubuh adikku begitu bohai (body aduhai). Dia lalu berusaha menutupi selangkangannya. Lalu dengan sengaja kucolek payudaranya hingga adikku melotot dan menutupinya. Kemudian Saya pun balik mencolek memeknya, hehehe..

“Idihh, Aa nggak jadi ah mandinya, malu”, rajuknya.

Adikku lalu mengambil handuk dan melilitkan handuk tersebut kemudian melangkah keluar kamar mandi, tetapi karena Saya tidak mau kesempatan emas ini kabur maka Saya pegang tangannya dan terus Saya peluk sambil kukecup bibirnya, karena ternyata adikku sangat merasa nyaman bila bibirnya Saya cium.

Saya lalu menarik handuknya hingga terlepas dan jatuh ke lantai, dan Saya pepet tubuhnya ke arah bak air lalu gayung kuambil dan langsung kusiramkan ke tubuh kami berdua. Merasakan tubuhnya telah basah oleh siraman air, adikku berusaha untuk melepaskan ciuman dan desakan yang Saya lakukan, tapi usahanya sia-sia karena Saya semakin bernafsu menyirami tubuh kami sambil kontolku Saya tekan-tekan ke arah selangkangannya. Setelah tubuh kami benar-benar basah, Saya bagai kemasukan setan. Selain menyedot bibirnya dengan ganas Saya pun langsung mencoba untuk melepaskan celananya.

Setelah celana dalamnya terlepas dari sarangnya hingga ke tepi lutut, Saya pun menariknya ke bawah dengan kakiku hingga benar-benar terlepas. Sadar bahwa Saya akan berbuat nekat, Indah semakin berusaha untuk melepaskan tubuhnya. Sebelum usahanya membuahkan hasil Saya melepas pagutannya.

“Aa, stop please” rengeknya sambil menangis.
“Indah, tolong Aa dong. Indah tadi subuh kan udah ngalami orgasme, Aa belum..” pinta Saya.

Dan tanpa menunggu waktu lagi di saat tenaganya melemah, Saya kangkangkan pahanya sambil kukecup bibirnya kembali sehingga dia tidak bisa menolaknya. Di saat itu Saya meraih burungku dari CD-ku dan mencoba mencari sarang yang sudah lama ini ingin kurasakan.

Dalam sekejap kontolku sudah berada tepat di celah pintu heunceut adikku, dan siap untuk segera menjebol keperawanannya. Merasa telah tepat sasaran maka Saya pun menghentakkan pinggulku.

Dan Saya seperti benar-benar merasakan sesuatu yang baru dan nikmat melanda seluruh organ tubuhku dan kudengar adikku meringis kesakitan tapi tidak berusaha untuk menjerit. Melihat hal itu Saya mencoba untuk mengontrol diriku dan mencoba menenangkan perasaan yang membuatku semakin tak karuan, karena Saya merasa diriku dalam keadaan kacau tetapi nikmat hingga sulit untuk diuraikan dengan kata-kata.

Saya mencoba hanya membenamkan penisku untuk beberapa saat, karena Saya tak kuasa melihat penderitaan yang adikku rasakan. Kini pandangan Saya alihkan pada kedua payudara adikku yang masih diselimuti BH-nya. Saya mencoba untuk melepaskannya tapi mendapat kesulitan karena belum pernah sekalipun Saya membukanya hingga Saya hanya bisa menarik BH yang menutupi payudara adikku dengan menariknya ke atas dan tiba-tiba dua bongkah surabi daging yang kenyal menyembul setelah BH itu Saya tarik.

Melihat keindahan payudara adikku yang mengkal dan putingnya yang bersemu coklat kemerahan, Saya pun tak kuasa untuk segera menjilat dan menyedotnya senikmat mungkin.

“Aa, ahh, sakit” rintih adikku.

Seiring dengan kumainkannya kedua buah payudara adikku silih berganti maka kini Saya pun mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju mundur, walau Saya juga merasakan perih karena begitu sempitnya lubang heunceut adikku ini.

Badan kami kini bergumul satu sama lain dan kini adikku pun mulai menikmati apa yang Saya lakukan. Itu dapat Saya lihat karena kini adikku tidak lagi meringis tetapi dia hanya mengeluarkan suara mendesah.

“Eenngghh, acchh, enngg, aacchh”
“Gimana, enakk?” Saya mencoba memastikan perasaan adikku.

Dia tidak menjawab bahkan kini justru tangannya meraih kepalaku dan memapahnya kembali mencium mulutnya. Karena Saya tidak ingin egois maka Saya pun menuruti kehendaknya.

Saya kulum bibirnya dan lidah kami pun ikut berpelukan menikmati sensasi yang tiada tara ini. Tanganku kugunakan untuk meremas payudaranya. Gila, kenikmatan ini sungguh luar biasa, kini Saya pun mencoba untuk menirukan gaya-gaya di film BF yang pernah kulihat.

Adikku kuminta menungging dan tangannya memegang bak mandi. Saya berbalik arah dan mencoba untuk segera memasukan kembali kontolku ke dalam memeknya, belum sempat niat ini terlaksana Saya segera mengurungkan niatku, karena kini Saya dapat melihat dengan jelas bahwa heunceut adikku merekah merah dan sangat indah.

Karena gemas Saya pun lalu berjongkok dan mencoba mengamati bentuk heunceut adikku ini hingga Saya melongo dibuatnya. Mengetahui Saya sampai melongo karena melihat keindahan heunceutnya, adikku berlagak sedikit genit, dia goyangkan pantatnya bak penyanyi dangdut sambil terkikik cengengesan.

Merasa dikerjai oleh adikku dan juga karena malu, untuk mebalasnya Saya langsung saja membenamkan wajahku dan kuciumi heunceut adikku ini, hingga kembali dia hanya bisa mendesah..

“Aahh, Aa mau ngapain.., ochh, enngghh” desahnya sambil mengambil nafas panjang. Mmhh, ssrruupp, cupp, ceepp, suara mulutku menyedot dan menjilati heunceut adikku ini.

Saya perhatikan ada bagian dari heunceut adikku ini yang aneh, mirip kacang mungkin ini yang namanya itil, maka Saya pun mencoba untuk memainkan lidahku di sekitar benda tersebut.

“Acchh, Aa, nnggeehh, iihh, uuhh, gelii”, erangnya saat Saya memainkan itilnya tersebut.

Karena mendengar erangannya yang menggoda Saya pun tak kuasa menahannya dan segera bangkit untuk memeluk adikku dan memasukannya kembali dengan cepat kontolku agar bersemayam pada heunceut adikku ini.

Baru beberapa kocokan kontolku di memeknya, adikku seakan blingsatan menikmati kenikmatan ini hingga dia pun meracau tak karuan lalu..

“Aa, Indahh, eenngghh, aahh..”

Rupanya adikku baru saja mengalami orgasme yang hebat karena Saya rasakan di dalam memeknya seperti banjir bandang karena ada semburan lava hangat yang datang secara tiba-tiba.

Kini Saya merasakan kenikmatan yang lain karena cairan tersebut bagai pelumas yang mempermudah kocokanku dalam heunceutnya. Setelah itu adikku kini lunglai tak bertenaga, yang ia rasakan hanya menikmati sisa-sisa dari orgasmenya dan seperti pasrah membiarkan tubuhnya Saya entot terus dari belakang.

Mengetahui hal itu Saya pun kini mengerayangi setiap lekuk tubuh adikku sambil terus mengentotnya, mulai dari mencium rambutnya, menggarap payudaranya sampai-sampai Saya seperti merasakan ada yang lain dari tubuhku, ada perasaan seperti kontolku ini ingin pipis tapi tubuh ini terasa sangat-sangat nikmat.

“Aa, udah.. Aa, Indah udah lemess..” kata adikku.
“Tunggu Sayangg, Aa maauu nyampai nih, oohh”

Kurasakan seluruh tubuhku bagai tersengat listrik dan sesuatu cairan yang cukup kental Saya rasakan menyembur dengan cepat mengisi rahim adikku ini. Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang luar biasa ini Saya memegang pantat adikku dan Saya hentakkan pinggulku dengan keras membantu kontolku untuk mencapai rongga rahim adikku lebih dalam.

Kami berdua kini hanya bisa bernafas seperti orang yang baru saja berlari-lari mengejar bis kota. Setelah persetubuhan yang terlarang ini kami pun akhirnya mandi, dan setelah itu karena tubuhku lemas maka Saya tiduran di sofa sambil menikmati acara televisi dan adikku kulihat kembali melakukan aktifitasnya membereskan rumah meskipun tubuhnya jauh lebih lemas.

tags #Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot Janda, Cerita Ngentot Pembantu, Cerita Ngentot Perawan, Cerita Panas, Cerita Pemerkosaan, Cerita Seks Indonesia, Cerita Seks Sedarah, Cerita Selingkuh, Cerita SEX, Cerita Skandal, Cerita Tante Girang, Cewek Telanjang, Foto Bugil, Memek Perawan, Tante Girang, Toket Gede Mulus

Bermain Gila dengan Anak Tiriku

Written By Great Story on Kamis, 28 Juli 2016 | 11.31

Pagi itu tanpa sengaja pandanganku tertumbuk ke sebuah flashdisk berwarna merah yang tergeletak di dekat pintu depan. Iseng kuambil dengan yakin bahwa flashdisk itu bukan milik suamiku, karena flashdisk punya suamiku selalu yang berwarna hitam.

Lalu punya siapa flashdisk ini? Apa isinya?


Rasa penasaran menjalar. Lalu kubawa flashdisk itu ke dalam kamarku. Kuaktifkan laptopku sambil memasukkan flasdisk itu ke USB.
Ternyata flashdisk itu punya Tito, anak tiriku yang sekarang sedang sekolah. Tadinya kusangka flashdisk itu berisi hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan ujian, karena ia sudah duduk di bangku kelas 3 SMA. Ternyata bukan. Isinya beberapa video dewasa ! Aaah, apakah Tito sudah layak menyimpan video-video sepanas ini? Bukankah usianya baru 17 tahun? Haruskah kutegur dan kunasihati dia agar tidak menyimpan hal-hal yang belum waktunya diketahui? Ataukah kusembunyikan saja flashdisk ini atau kubuang sekalian ke dalam got?

Tiba-tiba perhatianku tertuju ke folder yang berjudul “Mami”. Apa isinya? Bukankah aku yang biasa dipanggil mami olehnya? Apakah folder itu berisi sesuatu yang menyangkut diriku?

Dengan penasaran kubuka folder itu. Ternyata isinya tulisan mengenai diriku ! Jujur, aku berdebar-debar membacanya :

Sejak ibu kandungku tiada, Mami hadir dalam kehidupan Papi. Waktu Papi menikah dengan Mami, umurku baru 7 tahun. Aku senang-senang saja punya ibu tiri yang harus kupanggil Mami itu. Terlebih setelah bertahun-tahun ia menjadi pengganti ibuku, aku merasa benar-benar mendapat pengganti ibu kandungku, yang menyayangi diriku, yang selalu memperlakukanku dengan lemah-lembut dan sebagainya.

Setahuku, pada waktu Mami resmi menjadi istri Papi, usianya baru 20 tahun. Sedangkan Papi sudah 40 tahun. Perbedaan usia yang sangat jauh. Tapi kelihatannya mereka enjoy-enjoy saja. Dalam hal itu aku salut juga pada Papi, karena beliau mampu mendapatkan seorang gadis yang masih belia untuk dijadikan istrinya.

Waktu aku masih kecil, sosok Mami tak pernah kuperhatikan secara khusus. Aku cuma tahu bahwa ia seorang ibu tiri yang baik, yang memperlakukanku seperti anak kandungnya sendiri.

Tapi setelah aku di SMA, diam-diam aku mulai sering memperhatikan ibu tiriku itu. Bahwa ia seorang wanita muda yang cantik, bertubuh tinggi semampai, berkulit putih bersih (untuk ukuran orang Indonesia).

Panjang lebar ia memujiku dalam tulisan itu. Tapi yang membuatku terlongong, ketika kubaca kalimat berikut ini:

Pagi itu aku mau minta uang kepada Mami, untuk keperluan sekolah. Memang Papi sudah menyuruhku agar segala keperluanku harus meminta kepada Mami, supaya hatinya enak, katanya.

Papi sudah berangkat kerja. Mami masih di kamarnya. Seperti biasa, kubuka saja pintu kamar Mami, lalu masuk ke dalam. Tapi apa yang kulihat? Ooooh…aku benar-benar dibuat terkejut lalu terpana…karena Mami masih tidur terlentang di tempat tidurnya, dengan kimono terbuka lebar….sehingga sepasang kakinya yang putih mulus itu tak tertutup apa-apa. Tampak jelas dari telapak kaki sampai ke pangkal pahanya. Tapi yang teramat mendebarkan adalah bagian di antara kedua pangkal pahanya itu…oooh…Mami tidur tanpa mengenakan celana dalam !?!?!!

Maka bagian yang berbulu lebat hitam itu tampak jelas di mataku !

Aku tak tahu apakah Mami terbiasa tidur tanpa celana dalam atau tengah malam dia buang air dan malas mengenakan kembali celana dalamnya, entahlah. Yang jelas aku jadi gemetaran dan buru-buru keluar lagi dari kamar Mami, dengan perasaan yang tak menentu.

Gilanya…setelah berada di dalam kamarku lagi, jiwaku jadi dikuasai hasrat yang tak terkendalikan. Penisku ngaceng berat…membayangkan indahnya kalau aku bisa menyentuh dan menggeluti bagian tubuh di antara kedua pangkal paha Mami yang tampak sangat merangsang itu. Ooooh…kenapa aku jadi begini?

Banyak lagi yang ia tulis di catatan rahasia ini. Kesimpulannya, ia jadi sering membayangkan diriku. Bahkan pada suatu malam ia pernah bermimpi didekati olehku dalam keadaan sama-sama telanjang. Lalu ia melakukan sesuatu yang sering dibayangkannya. Dan esoknya ia mendapati celananya basah, akibat mimpi itu.

Di catatan itu pun ia mengakui bahwa kalau lamunan tentang diriku tak terkuasai lagi, ia melakukan masturbasi, sambil membayangkan tengah menggeluti tubuhku ! Bahkan ia pernah melakukan onani berkali-kali dalam semalam, untuk meredakan khayalannya tentang diriku.

Semuanya itu membuatku jadi serba salah. Tadinya aku akan menegur Tito, karena kutemukan video porno di dalam flashdisknya itu. Tapi tulisan di flashdisk itu, yang berisi kekagumannya terhadap diriku, membuatku jadi kikuk. Maka kuambil keputusan untuk meletakkan kembali flashdisk itu di tempatnya semula, lalu aku akan bersikap pura-pura tidak tahu saja.

Namun di hari-hari berikutnya, aku mulai sering memperhatikan Tito secara diam-diam. Mulai memikirkan apa yang sedang terjadi pada dirinya.

Dan gilanya, aku mulai membayangkan serunya jika tubuhku digeluti oleh anak muda yang anak tiriku sendiri itu. Maklum, aku baru berusia 30 tahun, sementara suamiku sudah 50 tahun. Sesekali memang aku suka membayangkan sosok muda yang perkasa, yang tidak loyo seperti suamiku. Tapi sungguh, tadinya aku tak pernah membayangkan sosok muda itu anak tiriku sendiri. Apalagi semuda Tito yang baru 17 tahun.

Bang Martin (suamiku) tidak impoten. Tapi yah….potensi lelaki yang usianya sudah setengah abad, tentu beda dengan yang masih muda. Setiap kali berhubungan sex dengan suamiku, aku selalu tidak puas. Tapi aku tak pernah menggerutu ataupun memperlihatkan sikap tidak puas. Karena tenggang rasaku cukup kuat. Karena di sisi lain, aku mempunyai kepuasan duniawi darinya. Apa pun yang kuinginkan, selalu dikabulkan. Bahkan kehidupan orang tuaku di kampung, sangat diperhatikan oleh suamiku. Rumah baru dibangunkan. Perabotan serba mahal dibelikan. Sehingga derajat orang tuaku jadi meningkat setelah aku menikah dengan Bang Martin.

Kehidupanku sendiri tak pernah kekurangan. Rumahku cukup megah, di daerah perumahan paling elit di kotaku. Mobil untuk keperluan pribadiku sudah dibelikan. Perhiasan yang mahal-mahal pun sudah menjadi milikku. Maka tiada alasan bagiku untuk tidak merasa puas menjadi istri Bang Martin.

Tapi kenapa sejak membaca file dari flashdisk Tito, pikiranku jadi sering melayang-layang tak menentu? Kenapa aku jadi sering memperhatikan gerak-gerik Tito secara diam-diam?

Hari demi hari berlalu dengan pesatnya. Tanpa terasa sebulan telah berlalu. Dan kesempatan yang diam-diam kutunggu pun tiba.

Bang Martin terbang ke Kaltim, untuk mengurus bisnisnya. Biasanya dia bisa lebih dari sebulan berada di Kaltim. Kali ini pun rencananya 40 hari dia akan berada di sana.

Rasanya aku tak sabar lagi menunggu kesempatan ini.

Lalu kuputar otakku. Kuputar sampai sore…sampai Tito tampak sudah pulang dari sekolahnya.

Aku pun keluar dari kamarku. Menghampiri pintu kamar Tito. Tadinya aku cuma mau mengajak makan di luar padanya. Tapi ketika kubuka pintu kamarnya, o my God…dia baru menanggalkan seluruh seragam sekolahnya, mau mengganti dengan pakaian rumah…dan…aku benar-benar terkejut ketika melihat bagian tubuh anak tiriku yang di bawah perutnya itu. Mungkinkah abg berusia 17 tahun bisa memiliki penis sepanjang dan sebesar itu? Jauh lebih “tinggi tegap” daripada punya ayahnya ! Tapi cepat aku ingat cerita suamiku, bahwa mendiang ibu kandung Tito itu wanita Pakistan. Mungkin anatomi Tito banyak menuruni garis ibunya.Sementara suamiku asli Indonesia, maka penisnya pun biasa-biasa saja.

“Kita makan di luar aja yuk,” kataku pada Tito yang tampak kaget dan cepat-cepat menutupi kemaluannya dengan kedua tangannya.

“I…iya Mam…” sahutnya tergagap. Dan aku bersikap seolah tak melihat sesuatu yang aneh.

Beberapa saat kemudian aku dan anak tiriku sudah berada di dalam mobil yang melesat ke arah utara. Sengaja kubiarkan Tito yang nyetir mobilku. Karena sekarang ia sudah punya SIM. Dan cara nyetirnya sudah cukup halus.

“Papi ngasih duit gak?” tanyaku ketika sedanku sudah berada di Jalan Setiabudhi.

“Enggak Mam,” sahut Tito, “Papi bilang kalau ada kebutuhan minta sama Mami aja.”

“Iya,” aku mengangguk-angguk kecil. Sementara ingatanku melayang pada yang kulihat sekilas tadi. Sebentuk penis remaja yang terkulai lemas tapi panjang dan gede banget. Gak kebayang seperti apa kalau penis anak tiriku itu sudah tegang….hmmm…gila, diam-diam aku jadi horny nih.

Tito membelokkan mobil ke pekarangan restoran langgananku. “Di sini kan makannya Mam?” tanyanya sebelum mematikan mesin mobilku.

“Iya. Kamu juga udah lapar kan?”

“Hehee….iya Mam. Kan pulang sekolah tadi belum makan.”

Lalu kami melangkah memasuki restoran itu.

Pada saat menunggu makanan pesanan datang, aku tatap wajah Tito. Emang tampan wajah anak tiriku itu. Maklum darah campuran dengan Pakistan. Tubuhnya tinggi semampai, hidungnya mancung, matanya bundar dan kulitnya sawo matang.

“Udah lama gak ke Ciater,” kataku, “Nanti pulangnya ke sana yuk.”

“Iya Mam,” Tito mengangguk dengan senyum ceria, “Aku paling seneng berendem di Ciater.”

“Tapi ini sudah sore…pulangnya pasti malem nanti.”

“Di Ciater kan rame terus duapuluhempat jam Mam. Makin malam makin rame, sampe subuh masih aja banyak orang yang datang. Tapi….”

“…Kenapa?”

“Kita gak bawa handuk dan sabun Mam.”

“Beli aja di sini. Kan di samping restoran ini ada minimart tuh…”

“Oh, iya…iya Mam. Sekarang aja belinya Mam, sambil nunggu pesanan kita datang.”

“Iya,” aku mengangguk sambil mengeluarkan ATMku, “Pake debit aja. Beli handuk dua, sabun cair dan shampoo yang biasa mami pakai ya. Nomor pinnya 3050.”

“Iya Mam.”

“Ohya, sekalian beli buat cemilan juga To.”

“Iya,” Tito berdiri dan bergegas keluar dari restoran.

Diam-diam kubuka tas kecilku. Kuambil sebutir pil kontrasepsi dan kutelan, didorong oleh air teh yang sudah terhidang di mejaku.

Setengah jam kemudian kami sudah meninggalkan restoran itu. Dan bergerak menuju Lembang, kemudian menuju pemandian air panas mineral Ciater. Udara sudah gelap ketika kami tiba di Ciater. Waktu pintu mobil kubuka, hiii….hawa dingin menyerbu ke dalam mobilku. Dingin sekali.

“Mami bawa baju renang?” tanya Tito setelah mematikan mesin mobil dan mengeluarkan kantong plastik berisi peralatan mandi yang dibeli tadi.

“Nggak,” sahutku, “Berendam di kamar mandi aja.”

“Iya, Mam. Di kamar mandi jauh lebih bersih, karena gak nyampur sama orang-orang.”

“Tapi temanin mami nanti ya. Takut mandi sendirian udah gelap gini.”

Tito menatapku sesaat, lalu mengangguk dan menunduk. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Tapi aku yakin dia takkan menyangka bahwa semuanya ini sudah kurencanakan sejak di rumah tadi.

“Kamar mandinya mau pakai dua apa satu aja Mam?” tanya Tito waktu mau beli tiket kamar mandi.

“Satu aja,” sahutku, “Kan kamu harus nemanin mami…”

Waktu menuju ke deretan kamar mandi, kulihat di kolam renang banyak yang sedang berendam air panas. Tapi tidak sebanyak di hari-hari weekend. Dengan sendirinya kamar mandi pun banyak yang kosong.

Aku dan Tito masuk ke dalam kamar mandi yang terlihat paling bersih. Tito langsung mengalirkan air panas ke bak mandi yang cukup lebar dan dalam itu, sementara aku mengeluarkan peralatan mandi dari kantong plastik.

Kutanggalkan celana panjang dan baju kausku, sehingga tinggal celana dalam dan beha yang masih melekat di tubuhku. Lalu duduk di bibir bak yang sudah terisi air panas mineral hampir setengahnya.

“Lho…kamu mau berendam dengan pakaian lengkap gitu? Buka dong semuanya,” kataku pada Tito yang tampak salah tingkah, mungkin karena melihat diriku yang tinggal mengenakan beha dan CD doang.

“I…iya Mam…” sahutnya tergagap sambil menanggalkan celana jeans dan baju kausnya, kemudian menggantungkannya di kapstok, berdampingan dengan pakaianku.

Pada saat yang sama aku pun menanggalkan beha dan celana dalamku, kemudian masuk ke dalam bak, duduk sambil melonjorkan kakiku.

“Ayo masuk sini…buka dulu celana dalamnya, biar jangan kebasahan,” kataku.

Tito menoleh dan tampak kaget ketika melihatku sudah bertelanjang bulat. Lalu tampak ragu waktu mau menanggalkan celana dalamnya.

“Ayolah….cepetan buka celananya,” kataku lagi, “Di dalam kamar mandi kan gak boleh lama-lama, karena uap belerangnya bisa bikin sesak napas.”

“I…iya Mam,” Tito membelakangiku sambil menurunkan celana dalamnya. Kemudian melangkah ke arah bak sambil menutupi kemaluannya dengan kedua tangannya. Dan aku pura-pura tidak memperhatikannya.

Lalu ia duduk bersandar ke dinding di sampingku. Genangan air panas sudah mencapai dadaku. Tapi beningnya air membuat sekujur tubuhku tampak jelas. Termasuk kemaluanku yang berbulu lebat ini (karena suamiku melarang mencukurnya).

Tapi Tito tetap menutupi penisnya dengan kedua tangannya. Dan sepertinya tidak berani memandang ke arah kemaluanku.

“Kalau sudah rendaman di sini enak ya…badan kita seperti abis dipijitin,” kataku sambil meraih sabun cair dari bibir bak. Lalu kuelus-eluskan ke sekujur tubuhku, sehingga air panas ini mulai dipenuhi busa sabun.

“Iya Mam…” sahut Tito hampir tak terdengar.

Untuk mengusir kecanggungan Tito, aku duduk membelakangi Tito sambil berkata, “Sabuni punggung mami, To.”

“Iya Mam…” suara anak tiriku makin tersendat, seperti sedang menahan napas. Lalu kurasakan telapak tangannya mengeluskan sabun cair ke punggungku. Kubiarkan agak lama ia menyabuni punggungku.

“Punggung Mami mulus gak To?” tanyaku pada satu saat.

“Mu…mu…mulus sekali, Mam…” sahutnya tersendat-sendat.

Kuambil gayung plastik dan kusirami punggungku dengan air panas. Lalu aku berdiri, tetap membelakangi Tito. “Paha dan kakinya juga To. Nanti gantian…setelah mami, nanti giliran kamu yang akan mami sabuni,” kataku.

Tito tetap duduk sambil melakukan perintahku. Mulai menyabuni paha bagian belakangku. Meski gemetaran tangannya terasa enak menggosok-gosokkan sabun dari lipatan lutut sampai pangkal pahaku.

Sengaja kurenggangkansepasang pahaku, agar ia bisa leluasa memandang bagian yang di antara kedua pangkal pahaku.

“Jangan ragu-ragu gitu To…sabuni semua yang bisa kamu sabuni,” kataku.

“Ya…ya…ya Mam….” sahutnya dengan suara napas yang tersengal-sengal.

Sekarang tangan kirinya terasa memegang paha kiriku, sementara tangan kanannya mulai menyabuni selangkanganku, sementara bunyi napasnya semakin terengah-engah, seperti orang yang habis lari marathon.

Dan aku ingin melihat ekspresi wajahnya saat ini. Lalu aku membalik…menghadap ke arah Tito yang tampak kaget, terbelalak memandang kemaluanku yang sekarang tepat berada di depan matanya.

“Sabuni ininya juga, To…” kataku sambil menunjuk ke arah kemaluanku.

Dengan takut-takut Tito menyabuni kemaluanku. Dan tahukah dia bahwa sejak tadi mataku tertuju ke arah penisnya yang dahsyat itu?

Kucurahkan sabun cair ke telapak tanganku, lalu kueluskan ke penis Tito yang panjang gede ini. Dia agak terkejut. Tapi lalu terdiam salah tingkah ketika aku mulai menyabuni batang kemaluannya, tentu saja dengan cara yang terarah…seperti sedang mengocoknya.

“Mam…oooh…” Tito terpejam.

“Kenapa? Kamu sudah lama ingin menyentuh kemaluan mami kan? Sentuhlah …kenapa jadi berhenti? Mami gak marah kok…”

“Oh…Mami baik sekali…” tangan Tito mulai menggerayangi kemaluanku. Tangannya terasa semakin gemetaran. Sementara aku sendiri mulai asyik mempermainkan penis anak tiriku yang makin lama makin membesar dan menegang ini.

Kemaluanku jadi penuh dengan busa sabun. Batang kemaluan Tito juga. Dan Tito diam saja ketika batang kemaluannya kutarik, lalu kuelus-eluskan ke belahan vaginaku. Wah…aku sudah benar-benar horny. Dan tak peduli lagi penis siapa yang sedang kuelus-eluskan ke celah vaginaku ini.

“Punyamu udah tegang gini, To…” kataku sambil membayangkan nikmatnya kalau penis Tito mengenjot liang kemaluanku, “Kamu sudah pernah main sama cewek?”

“Ma…main gimana, Mam?” Tito tampak ragu menatapku.

“Bersetubuh…pernah?”

“Belum Mam.”

“Masa?”

“Berani sumpah, belum pernah Mam….”

“Tapi ngocok sih suka kan?”

“I…iya Mam….kok Mami bisa tau?!”

“Tau lah. Mami juga tau kamu pernah lihat kemaluan mami waktu mami masih tidur kan? Ngaku aja terus terang….mami gak marah kok.”

“I…iya…tapi itu gak sengaja Mam….”

Aku tersenyum. Kukecup pipinya, lalu berbisik, “Ya udah…gak apa-apa. Sejak saat itu kamu mikirin mami terus kan? Jujur aja jawab. Mami suka anak yang jujur.”

“Iya Mam,” Tito menunduk, “Mami cantik sekali….aku…aku sering membayangkan mami.”

“Tapi kita gak boleh berlama-lama di kamar mandi ini. Nanti habis napas kita. Mending pulang aja yuk. Nanti kita lanjutkan di rumah aja. Tapi harus hati-hati…jangan sampai ketahuan sama pembantu-pembantu.”

“Iya Mam…tapi….”

“Kenapa?”

“Di sini kan ada hotel….”

“Oh, iya ya….kamu udah gak sabar ya?”

Tito cuma nyengir malu-malu.

“Ya udah, kita cek in di hotel sini aja.”

Kubilas tubuhku dengan air panas, lalu kulap dengan handuk. Dan kukenakan lagi pakaianku. Tito juga melakukan hal yang sama.

Beberapa menit kemudian aku dan Tito sudah berada di kamar hotel yang masih berada di dalam kompleks pemandian air panas itu juga.

Setelah menguncikan pintu kamar hotel, kupeluk pinggang Tito sambil berkata perlahan, “Kamu gak nyangka semuanya ini bakal terjadi kan?”

“Iya Mam,” Tito membalas dengan pelukan di pinggangku, “Rasanya seperti mimpi…”

“Kamu udah punya pacar?” tanyaku sambil mengecup pipinya.

“Belum Mam.”

“Kenapa? Biasanya anak SMA sekarang kelas satu juga udah punya pacar….”

“Aku…aku…”

“Kenapa? Kok seperti takut-takut gitu ngomongnya?”

“Aku telanjur mengagumi Mami…jadi gak ada semangat buat deketin cewek di sekolah, Mam…” kata Tito bergetar.

Sambil tersenyum aku membisiki telinga Tito, “Malam ini mami akan menjadi milikmu. Kamu boleh melakukan apa saja pada mami. Tapi ingat…ini rahasia kita berdua ya.”

“Iya Mam. Aku janji akan merahasiakan semua ini.”

Aku tersenyum, lalu melepaskan baju kaus dan celana panjangku. Tito memandangku dengan sorot yang jauh beda daripada biasanya. Aku tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. “Lepasin dong pakaianmu,” kataku sambil duduk di pinggir tempat tidur.

“Iya Mam,” Tito mengangguk, lalu menanggalkan celana jeans dan t-shirtnya. Tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhnya, sementara aku pun sudah menanggalkan behaku.

Pandanganku tertumbuk ke arah celana dalam Tito. Tampak jelas, ada tonjolan, ada yang mendorong dari balik celana dalam anak tiriku itu.

Dengan perasaan semakin dikuasai nafsu, kutarik pergelangan tangan Tito, lalu kupeluk lehernya sambil berkata, “Kalau mami kasih apa yang selama ini selalu kamu bayangkan, apa yang pertama kali ingin kamu lakukan pada mami?”

“Kalau aku berterus terang, Mami marah gak?” Tito balik bertanya dengan suara agak tertahan.

“Nggak.” aku menggeleng, “Apa yang sangat ingin kamu lakukan pertama kalinya?”

“Aku…aku ingin menciumi bibir Mami…menciumi leher Mami…menciumi payudara Mami….”

“Cuma itu?”

“Aku juga ingin…ingin menciumi dan menjilati kemaluan Mami…”

“Seperti di video yang sering kamu lihat?”

“I…iya Mam….tapi…Mami gak marah kan?”

“Nggak,” aku menggeleng lagi. Lalu mengecup bibir Tito dengan sepenuh gairah. Dan kataku, “Mami sayang kamu….karena itu semuanya akan mami kasih…tapi mami minta semangat belajarmu harus meningkat, jangan sebaliknya, ya.”

“I…iya Mam…aku juga sayang Mami….” kata Tito tergagap, karena aku mulai menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dan terasa batang kemaluannya yang dahsyat ini sudah tegang sekali. Membuatku makin dikuasai nafsu. Lalu aku tarik pinggang Tito dan meraihnya ke atas tempat tidur, sementara tanganku tetap memegang penis tegang dan hangat ini.

Supaya leluasa, kutanggalkan celana dalamku, kemudian kusuruh Tito pun melepaskan celana dalamnya.

Dalam keadaan sudah sama-sama telanjang bulat ini, tiada lagi rahasia di antara fisik kami. Lalu aku merebahkan diri, menelentang sambil tersenyum kepada anak tiriku yang tampak masih sangat canggung itu. Dan kuraih badannya ke atas dadaku sambil berkata, “Ayolah…katanya ingin mencium bibir mami.”

Tito yang sudah telungkup di atas dadaku spontan menjawab dengan tindakan. Dengan ganas ia mencium bibirku dan kusambut dengan lumatan dan pelukan bergairah.

Dan penis Tito yang sudah tegang itu terasa menempel ke kemaluanku. Ini membuatku bergairah untuk memegangnya. Aah…benar-benar dahsyat batang kemaluan anak tiriku ini. Membuat napsuku makin menggila. Rasanya ini penis yang sangat aduhai. Panjang besar, ereksinya pun sempurna. Benar-benar keras, tidak seperti penis ayahnya. Maklum ayahnya sudah tua, sementara Tito masih sangat muda.

Dan aku tak sabar lagi. Aku ingin segera menikmati gesekan penis yang sempurna ereksinya ini.

Maka diam-diam kutarik penis Tito, sampai agak membenam ke liang vaginaku yang sudah membasah ini. Lalu kataku, “Kalau mau ngemut vegy mami nanti aja di rumah ya. Supaya kamu bisa sepuasnya menjilati vegy mami. Sekarang dorong aja penisnya To….biar masuk…”

“I…iya Mam….” sahut Tito dengan napas memburu. Lalu terasa batang kemaluan aduhai itu mendesak kuat ke dalam liang vaginaku yang sudah licin oleh lendir birahiku ini.

“Ooooh…sudah masuk sedikit To….iiiiyaaaa….dorong lagi….ooooh……” desahku sambil memeluk leher anak tiriku. Benar-benar mantap….batang kemaluan yang sangat tegang dan gagah ini sudah masuk setengahnya. Membuat desir birahiku makin menggila. Bukan main rasanya…baru dibenamkan separuh saja sudah menimbulkan nikmat yang begini dahsyatnya…

Spontan saja pahaku membuka selebar-lebarnya, seolah mengucapkan selamat datang buat sebentuk penis perkasa yang siap memuasi hasrat birahiku.

“Iya…ayun dikit-dikit…” bisikku.

“Ayun?” Tito tampak bingung.

“Iya…entotin dikit-dikit…nanti lama-lama juga masuk semua…” bisikku sambil memeluk pinggang Tito.

“I…iya Mam…” sahutnya sambil melakukan perintahku. Awalnya seperti ragu-ragu menggerak-gerakkan penisnya. Tapi akhirnya ia mulai mengayun penisnya dengan benar. Maju mundur, maju mundur, maju mundur…dan makin lama penisnya makin dalam membenam ke dalam liang kemaluanku.

Disusul dengan suara Tito yang tersendat-sendat dan bergetar, “Duuuh…Maaaam…. duuuuuuh….enak banget Mam….”

Kusambut dengan pelukan erat di pinggang Tito, dengan kecupan-kecupan penuh nafsu di pipinya, di bibirnya…aaah….tahukah dia bahwa sebenarnya aku pun tengah merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa saat ini?

Namun sayangnya, baru sebentar Tito mengayun penisnya, tiba-tiba ia menahan napasnya, lalu mendengus…dan terasa penisnya menyemprot-nyemprotkan cairan hangatnya. Aaah…dia sudah ejakulasi. Padahal aku belum apa-apa.

Tapi aku memakluminya. Yah, maklum ia belum berpengalaman. Dan mungkin tadi ia terlalu bernafsu, sehingga tak kuasa mengontrol diri lagi. Biarlah…aku yakin ia bisa dengan cepat dibangkitkan lagi.

Aku tak mau protes dengan ejakulasi prematurnya Tito. Takut nanti jadi beban negatif baginya. Tapi aku belum puas. Tadi baru pemanasan dan belum mencapai orgasme satu kali pun. Maka dengan cara yang terlatih, kugenggam penis Tito dan kuremas-remas dengan lembut. Sesekali kuelus moncongnya…mulai menegang lagi sedikit demi sedikit. Sebenarnya aku ingin mengulum dan menyelomotinya. Tapi aku takut terkesan seperti wanita nakal. Terutama karena cowok yang sedang bersamaku ini adalah anak tiriku sendiri.

Lagian cowok seremaja Tito tak perlu “terapi” yang terlalu ekstrim. Dengan elusan dan remasan pun sudah tegang lagi.

“Barusan cepat sekali ya Mam,” kata Tito waktu kudorong dadanya sampai terlentang. Dan aku berjongkok dengan kaki di kanan-kiri pinggul Tito.

“Biasa…yang pertama mah biasanya begitu. Tapi kan kita bisa lanjutkan ke ronde kedua, ketiga dan seterusnya,” sahutku sambil tersenyum. Sementara tanganku memegang penis Tito yang sudah ngaceng berat, moncongnya kuarahkan ke mulut vaginaku.

Tito diam saja. Aku pun menurunkan pantatku, sehingga penis Tito mulai terbenam lagi di dalam liang kewanitaanku.

Sekarang aku yang aktif, menaik turunkan pinggulku, sehingga kenikmatan pun kurasakan lagi, kenikmatan pergeseran penis Tito dengan dinding liang kewanitaanku. Tapi aku tak mau aktif sambil jongkok begini. Lalu aku menjatuhkan dadaku ke atas dada Tito dan melanjutkan gerakan vaginaku sambil merangkul leher anak tiriku yang tampan ini.

Tito tampak keenakan dengan aktivitasku. Bahkan ia mulai aktif juga. Pada waktu vaginaku maju, ia pun mendesakkan penis gagahnya. Dan pada waktu vaginaku mundur, ia pun menarik penisnya. Aaaah…tak kusangka akan mengalami semuanya ini. Sesuatu yang indah sekali, yang sulit kudapatkan dari suamiku.

Ketika bibirku bersentuhan dengan bibir Tito, reaksinya pun spontan. Ia bahkan melumat bibirku dengan mesranya. Sementara kedua tangannya melingkar di pinggangku, memelukku dengan erat dan mesranya.

Kali ini Tito mulai terasa tangguh. Sudah setengah jaman aku mengayun vaginaku di atas perutnya, belum juga terlihat tanda-tanda ia mau ngecrot. Malah keringatku mulai membasahi leher dan pipiku.

“Duuuh….gantian kamu yang di atas lagi ya,” kataku sambil menggulingkan tubuh ke samping dan berusaha agar penis Tito jangan sampai terlepas dari jepitan vaginaku.

“Ayo…sekarang kamu yang genjot lagi,” kataku setelah aku terlentang dan Tito berada di atas dadaku.

“Iya Mam…” sahut Tito dengan penuh semangat.

Tito sudah mulai lancar menggauliku. Batang kemaluannya mulai mantap memompa liang kewanitaanku. Aku pun sengaja merentangkan kedua pahaku selebar mungkin, supaya batang kemaluan Tito bisa membenam sedalam mungkin. Bahkan terasa berkali-kali moncong penisnya menyundul-nyundul mulut rahimku. Ini membuatku terpejam-pejam dalam nikmat, membuatku tiada hentinya merintih-rintih lirih sambil meremas-remas rambut anak tiriku yang tampan ini.

Tak lama kemudian aku merasa akan mencapai titik orgasme. Lalu kubisiki telinga Tito, “Cepetin gerakannya….iya….iya…nah gitu….Mami mau nyampe nih….ayo…enjot terus sayang…Tito…oooh….Mami sayang sama kamu, Titooo…..ooooh…ooooooh….”

Akhirnya sekujur tubuhku mengejang. Aku menahan napas sambil menggeliat. Dan….oooh…akhirnya aku mencapai puncak kenikmatanku….yang membuat liang kewanitaanku mengedut-ngedut, lalu basah dengan lendir kenikmatanku.

Tito masih asyik mengayun batang kemaluannya, bermaju-mundur di dalam liang kewanitaanku yang sudah mencapai kepuasan. Kubiarkan saja dia aktif sendiri, sambil menghayati kenikmatan yang baru saja kurasakan.

Tapi beberapa menit kemudian gairahku bergejolak lagi. Aku seperti berpacu dengan waktu, ingin merasakan orgasme yang kedua. Selama ini apa yang kunikmati bersama Tito ini adalah sesuatu yang langka dalam hidupku.

Maka ketika Tito sedang lancar-lancarnya mengayun penisnya, aku pun mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dengan gerakan yang meliuk-liuk dan menghentak-hentak. Dengan sendirinya liang kewanitaanku seperti memilin-milin dan membesot-besot batang kemaluan anak tiriku. Sedangkan aku sendiri bertujuan agar clitorisku bisa bergesekan dengan kejantanan Tito. Dan ini nikmat sekali rasanya. Keringat Tito pun semakin bercucuran bergalau dengan keringatku.

Belasan menit kemudian kurasakan seperti mau orgasme lagi. Maka dengan terengah kuminta Tito mempercepat gerakan penisnya, “Biar kita bisa meletus bareng-bareng….pasti enak banget,” kataku.

Lalu kami seperti sepasang manusia kesurupan. Saling cengkram. Saling lumat bibir. Sampai akhirnya Tito merintih, “Aduh…Maaam….kayaknya mau ngecrot nih….”

“Iya sayang…” sahutku tersengal juga sambil mempergila goyangan pinggulku, karena aku tak mau sampai terlambat mencapai orgasme.

Lalu….Tito mendesakkan batang kemaluannya sampai terasa mendorong ujung liang kewanitaanku. Dan saat itulah kami menggelepar bersamaan, menahan napas bersamaan….kemudian sama-sama mendengus…meledak di puncak kenikmatan yang tiada taranya.

O, puasnya aku….

Ketika mengenakan kembali pakaianku, Tito pun keluar dari kamar mandi dalam keadaan sudah berpakaian lengkap. Dengan mesra kupeluk anak tiriku dan kutanya perlahan, “Enak?”

Malu-malu Tito menyahut lugu, “Sangat-sangat enak, Mam….”

Maka kucium bibirnya mesra. Kataku, “Nanti di rumah kalau masih mau, Mami kasih.”

“Bener Mam?” ia tersenyum ceria.

“Iya sayang, mau berapa kali pun Mami kasih. Sekarang kita pulang dulu yuk. Bahaya rumah ditinggalin kosong malem-malem gini.”

Tito mengangguk dan meraih kunci mobil dari meja kecil. Dalam perjalanan pulang, ketika Tito nyetir di tengah gelapnya malam, suasana perasaanku jadi jauh berbeda dengan sebelumnya. Tanganku tiada bosannya mengelus pahanya yang sudah ditutupi celana jeans. Bahkan terkadang kukecup pipinya dengan mesra.

Dan hari sudah lewat tengah malam ketika kami tiba di rumah. Tubuhku serasa dilolosi, lunglai sekujur-kujur. Tapi setibanya di dalam kamar, aku langsung masuk ke kamar mandi. Menanggalkan seluruh busanaku dan memutar handle shower air panas.

Seharusnya lewat tengah malam gini tak boleh mandi. Tapi biarlah. Aku sudah terbiasa mandi kapan saja, terutama kalau merasa perlu membersihkan tubuhku. Lagian mandi dengan air panas begini, rasanya enak-enak saja.

Aku jarang berendam di bathtube, karena merasa lebih bersih kalau mandi sambil berdiri begini. Sekujur tubuhku kusabuni. Kemaluanku juga kusabuni lalu kusemprot dengan air hangat. Setelah merasa bersih semuanya kuhanduki sampai kering. Lalu kuambil kimono bersih dari lemari kaca kamar mandi.

Kukenakan kimono sutra putih itu tanpa mengenakan celana dalam.

Ketika keluar dari kamarku, tampak Tito sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil nonton sepakbola di tv. Dia memang pecandu sepakbola, khususnya liga Inggris.

“Belum ngantuk?” tanyaku sambil duduk di Tito yang sudah mengenakan piyama coklat bergaris-garis putih.

“Belum Mam,” sahutnya sambil menatapku sesaat dengan senyum manis. Memang manis senyum anak tiriku itu, “Sekarang kan malam Minggu….hari Senin libur pula…”

“So?” kurapatkan dudukku ke sampingnya, lalu kugigit daun telinganya perlahan, sambil melepaskan ikatan tali komonoku.

“Ja…jadi bisa begadang….” sahutnya tergagap. Mungkin karena ia baru menyadari bahwa aku tak mengenakan beha dan celana dalam. Bahkan dengan sengaja kusembulkan sepasang payudaraku.

“Payudara Mami bagus sekali…masih kencang banget,” desisnya sambil meraba payudaraku dengan tangan yang terasa gemetaran.

“Ya iyalah….Mami kan belum pernah menyusui anak….sekarang kamulah yang pertama netek ke Mami,” sahutku sambil meraih kepalanya, mengarahkan mulutnya ke payudara kiriku.

Tanpa menunggu komando lagi Tito mengulum pentil payudara kiriku. Dan terasa menyedot-nyedot seperti bayi netek.

“Elus-elus pentilnya dengan ujung lidahmu, sayang,” kataku sambil menyelinapkan tangan ke lingkaran karet celana piyamanya. Wow….ternyata penis Tito sudah ngaceng lagi !

Tito mengikuti perintahku. Sambil menyedot pentil buah dadaku, ia menjilatinya juga. Pasti membuatku horny lagi. Sementara aku pun asyik meremas-remas batang kemaluannya dengan casra yang sudah terlatih (karena aku sudah terbiasa harus merangsang suamiku setiap kali aku ingin digaulinya).

Sesaat kemudian, “Katanya pengen jilatin punya Mami….sekarang masih kepengen?” kataku sambil merentangkan kimonoku, merentangkan sepasang pahaku….sehingga kemaluanku seolah menantang Tito untuk diperlakukan sekehendak hatinya.

“Boleh Mam?” Tito berjongkok di atas karpet, menghadap ke arah kemaluanku.

“Boleh sayang. Sekarang Mami kan sudah kamu miliki. Lakukanlah apa pun yang kamu mau….”

Tito tampak bersemangat sekali. Ia berlutut di karpet, di antara kedua belah pahaku yang kurentangkan selebar mungkin. Dengan hati-hati ia menyibakkan bulu kemaluanku yang menutupi celah vaginaku. Lalu kusentuhkan ujung telunjukku ke clitorisku sambil memberi petunjuk, “Ini yang harus sering kamu jilati ya….tapi jangan kasar, karena clitoris ini bagian paling peka….”

Tito mengangguk. “Yang lainnya boleh dijilati gak?”

“Sesukamu jilati bagian mana pun….biar variatif….tapi yang paling sering harus dijilati ya clitorisnya itu. Kamu kan sering nonton bokep….masa belum ngerti juga.”

“Heheheee…iya Mam. Jembut Mami lebat sekali,” kata Tito sambil menempelkan mulutnya ke vaginaku.

“Iya…maunya sih dicukur sampai bersih, tapi Papi melarang….”

“Emang iya Mam….jangan dicukur….gondrong gini malah merangsang banget.”

“Ayah dan anak sama seleranya,” kataku sambil tersenyum.

Dan…aaah….Tito mulai menjilati kemaluanku….dari celahnya sampai ke clitorisku. Aku pun menyandar di sofa dengan mata terpejam. Dalam nikmat.

Dengan sedikit petunjuk dariku, Tito mulai pandai menjilati kemaluanku. Mulai rajin menyedot clitorisku dan menjilatinya dengan penuh semangat.

Sebenarnya suamiku juga sering menjilati kemaluanku. Tapi rasanya jauh lebih enak jilatan Tito. Gila. Kenapa begini ya? Entahlah. Mungkin ini yang disebut SII….selingkuh itu indah. Terlebih-lebih selingkuh dengan anak tiriku sendiri.

“Cukup dulu sayang. Nanti memek mami keburu becek,” kataku sambil mengangkat kepala Tito. Lalu kuminta Tito melepaskan pakaiannya dan duduk di sofa. Setelah Tito telanjang, aku pun menanggalkan kimonoku, kemudian duduk di atas pangkuan anak tiriku, sambil memegang batang kemaluannya yang lalu dengan mudah berhasil kumasukkan ke dalam liang kenikmatanku.

Dalam posisi begini aku yang aktif menggerak-gerakkan vaginaku membesot-besot penis Tito sambil memeluk lehernya. Tito pun memeluk pinggangku erat-erat sambil menggerak-gerakkan penisnya juga dengan arah yang berlawanan dengan gerakan vaginaku. Waktu vaginaku maju, ia mendesakkan penisnya, sementara kalau vaginaku mundur ia pun menarik penisnya. Wow….enaknya bukan main !

Tito sermakin pandai melakukannya. Ketika senggama posisi duduk berhadapan itu terjadi, tangannya pun mulai aktif. Terkadang meremas buah pantatku, terkadang meremas payudaraku. Dan ketika kuciumi bibirnya, ia pun melumat bibirku dengan penuh kehangatan.

O Tito anak tiriku tercinta !

Dinihari itu banyak posisi yang kami lakukan. Bukan cuma posisi duduk di atas sofa. Agar Tito mengenalinya satu persatu. Di satu saat aku merangkak di atas karpet, Tito kusuruh memasukkan penisnya dari belakang, dalam posisi doggy style itu kami lanjutkan persetubuhan kami. Setelah akuj orgasme dan Tito dua kali ejakulasi, kuajak ia tidur di kamarku. Tapi di dalam kamarku, Tito sudah bernafsu lagi. Maka kuijinkan ia menyetubuhiku dalam posisi klasik saja, karena sesungguhnya aku mulai letih dan ngantuk. Karena fajar pun mulai menyingsing.

Kedua pembantuku, Inah dan Wati terdengar sudah datang. Mereka biasa membawa kunci pintu pavilyun, supaya bisa masuk tanpa membangunkanku kalau masih tidu
tags #ceritadewasa
 

Copyright © 2016. Kumpulan Cerita Dewasa - All Rights Reserved